Merebaknya kasus kejahatan Catfishing di dunia maya menjadi perhatian pihak Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia (Kemenkominfo RI). Melalui tayangan di YouTube dan Facebook pada Februari 2022 lalu, Kemenkominfo memberikan edukasi ke masyarakat lewat program ‘Obral Obrol Literasi Digital: Mengenal Fenomena Penipuan Catfishing‘.
Apa itu Catfishing
Catfishing merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan penipuan yang menggunakan identitas online palsu untuk mengelabuhi korban.
Penipu biasanya menggunakan foto dan informasi orang lain untuk menciptakan persona online yang dapat dipercaya, dan kemudian memikat korban untuk selanjutnya korban dijebak dalam berbagai penipuan dan berujung pada tindakan kriminal.
Fenomena catfishing ini ternyata menjadi faktor resiko utama bagi para pengguna aplikasi kencan. Sebuah studi menyatakan, 65% dari total 18.000 responden di 27 negara, termasuk Indonesia, mengungkapkan kekhawatirannya terhadap aplikasi kencan, dan yang menyedihkan, 15% dari total responden melaporkan bahwa mereka pernah mengalami penipuan.
Dari berbagai modus penipuan, catfishing menjadi modus operandi nomor satu dengan 51% dari mereka yang menjadi sasaran pernah terjebak di dalamnya.
Kebebasan internet memungkinkan siapa saja untuk membuat identitasnya sendiri, sehingga siapa pun dapat menjadi karakter apa pun yang diinginkan secara daring.
Salah satu narasumber dari Dewan Pengarah Siberkreasi/ICT Watch, Donny B.U mengatakan bahwa internet memungkinkan orang untuk melakukan identity play, dalam arti seseorang bisa membuat identitasnya sendiri sehingga dirinya bisa menjadi apa saja karakter yang diinginkan di dunia maya.
“Sayangnya, teknologi ini juga digunakan untuk melakukan sejumlah penipuan,” ungkap Donny.
Karakteristik Catfishing
Ada ciri-ciri utama yang dapat dijadikan acuan untuk mengidentifikasi catfishing, yaitu: menolak melakukan video call, menghindari pertemuan tatap muka, dan membatasi komunikasi hanya melalui chat dan voice call.
Narasumber lain dari Pemeriksa Fakta MAFINDO, Bentang Febrylian menyebutkan bahwa kemungkinan besar ciri-ciri pelaku catfishing tersebut untuk melindungi identitasnya agar tidak terbongkar.
“Jadi, korban tidak akan tahu wajah pelaku catfishing yang sebenarnya,” kata Bentang.
Lebih lanjut, fenomena catfishing terjadi ketika orang tidak nyaman dengan dirinya sendiri, sehingga pelaku tidak dapat menunjukkan pribadi aslinya tanpa penyamaran. Yang jelas, dari sudut pandang psikologi ini disebut identity confusion, jadi mereka bingung dengan diri mereka sendiri.
Ketika kita menggunakan Facebook atau Instagram, lalu sering mengambil foto dengan menggunakan filter dibandingkan tampil alami, ini menunjukkan bahwa ada sesuatu yang terjadi dengan kepribadian orang tersebut.
Penutup
Nah, demikian penjelasan mengenai fenomena catfishing. jika Anda ingin memiliki internet yang memiliki bandwidth besar dan stabil, kami rekomendasikan Cyberlink Network. ISP wireless di Bekasi ini hadir dengan Layanan Cyberlink High Speed Internet.
Layanan ini tidak hanya memberikan koneksi internet cepat dan stabil, tetapi juga di dukung oleh Customer Support responsif yang selalu siap membantu mengatasi permasalahan koneksi internet Anda.
Selain itu, demi menunjang aktivitas bisnis pelanggan, ISP wireless di Bekasi itu memberikan jaminan konektivitas hingga 99% uptime. Dengan di dukung oleh 3 link backbone yang terhubung dalam data center, ISP wireless di Bekasi itu menjamin koneksi internet di perusahaan Anda akan menjadi lebih cepat dan stabil.
Apabila koneksi internet Anda tidak mencapai SLA 99% uptime setiap bulannya, Anda akan mendapat potongan biaya berlangganan internet.